Enak banget rasanya setelah cibang-cibung dengan air
dingin asli pegunungan ditambah sabun cair dan sampo dalam kemasan yang baru
dibeli padahal yang dipakai cuma seemprit, kalau keramasnya selama kemping cuma
2 kali artinya sampo yang digunakan hanya 2 emprit.
![]() |
Heeeemmm...1 banding 8...gileeeee...
— with Ruth Lidya Lepar, Jati Sampurno, Chormen Omen, Erin Sitiariyani, Linda Sundah A, Meity Eliagnes Matondang, Vivien Hafil and Evert van den Hooven.
|
Perbekalan mandiku bisa untuk kemping selama sebulan,
maklum istriku yang cantik, menarik dan menawan hati selalu membelikan
perbekalan baru, perbekalan yang sama seperti aku menunaikan ibadah haji. Nah,
odol yang disiapkan istriku nggak tanggung-tanggung, odol baru kemasan
keluarga, alias family size, bisa
untuk menyikat gigi seluruh peserta kemping, untung sebelum berangkat aku tukar
dengan yang ada di kamar mandi, odol yang masih bersisa kira-kira 10 emprit.
Diselimuti kesejukan pagi aku jadi kangen nasi pepes
bawaan Acing dan Titi, di bale-bale aku mulai mencari tahu dimana gerangan
sekawanan nasi pepes semalam. Aku mendapatkannya di suatu tempat di arena
Family Camp juga.
Masih sedikit hangat, karena dimasukkan ke dalam termos,
isinya sebutir pete dan jambal seukuran jempol, enak! Jambalnya kecil, mungkin
yang menjadi patokan Acing dan Titi ukuran jempol Adul, si pelawak mungil.
Aku memberi angka 4,5 dengan skala penilaian antara 0 dan
5. Good job! .
Di termos masih tersisa beberapa bungkus nasi pepes,
sebaiknya aku kembalikan ke tempat semula di kawasan tenda emak-emak angkatan
80. Ketika melewati tenda 1, ada yang menyapa, Njah perempuan angkatan 77.
“Chormen, kamu angkatan 81 ya?”.
“Ya ialah, emang kenapa?”.
“Manca kan angkatan kamu ya? Dia nggak ikutan Family Camp
katanya nggak ada angkatan 81nya, aku bilangin ah ada Omen di sini”.
Aku lihat di tenda 1 ada sebuah laptop berukuran layar
14” menampilkan lembaran yang akrab dengan mataku, facebook.
![]() |
“Sekalian aja kita kirim fotonya, kita foto-fotoan dulu
yuk”, kak Njah mengajakku berfoto-ria dan menyambung kalimatnya, “Kita bikin
adegan ranjang … ha .. ha ..ha ..”.
Sebetulnya kalimat adegan ranjang kurang tepat, karena di
tenda nggak ada ranjang yang ada hanya kasur nan empuk.
Setelah sejepret dua jepret, kak Njah memperhatikan
hasilnya, “Adegan ranjangnya kita kirim ke majalah Playboy”.
Aku terhenjak mendengarnya.
Sesaat kemudian Kak Njah mengenapkan kalimatnya, “Udah Men nggak usah
takut, majalah Playboy-nya edisi khusus kok!, majalah Playboy edisi Jilbab”.
No comments:
Post a Comment